Jumat, 12 September 2014

HANYA UNTUK INDONESIAKU



HANYA UNTUK INDONESIAKU
-Ilaina Yadil Yumna Putri Zahra El- Habibah-
“terus gimana Kek, temen Kakek itu yang sudah tertembak?” tanya Otong merasa penasaran dengan kelanjutan ceritanya. “Otong cucuku,yang kakek sayangi. Sudah larut malam. lanjutkan nanti saja ya. Sekarang Otong harus tidur.” Jawab Kakek dengan penuh rasa sayang kepada cucu kecilnya. Otongpun membaringkan tubuh kecilnya begitupun kakek. di ranjang yang tidak terdapat kasurnya. Hanya ada sebuah tikar dan bantal. Keduanya tertidur pulas di tempat tidur sederhana itu. kakeknya sering menceritakan perjuangan dahulu melawan para penjajah. Namun perjuangannya hingga sampai memerdekakan bangsa Indonesia tidak pernah di perhatikan oleh pemerintah. Pemerintah melupakan pejuang seperti Kakek. Hanya dengan keterampilan tangannya membuat topi petani. Kakek bisa menghidupi Otong. Kakek yang tidak bisa melihat masih bersemangat untuk menghidupi Otong. Otong di sekolah begitu pandai. Hingga dia mendapatkan beasiswa. Kakeknya tidak perlu susah memikirkan biaya sekolah Otong. beruntunglah Kakek memiliki cucu pandai seperti Otong.
Sang surya mulai menampakkan sinarnya di pagi ini. Otong yang sudah memakai seragam sekolah merah putih sudah tidak sabar mengikuti upacara hari senin di sekolahnya. Kakek sudah berdiri di depan rumah menunggu Otong. Otong segera mengambil topi kemudian dipakainya. Senyuman manis di perlihatkan kepada kakek yang sudah menunggunya sedari tadi.
“ayo Kek! Kita berangkat.” Ucapnya seraya menghampiri Kakeknya.
“iyah tong. Mana tongkat Kakek?” tanya Kakek
“oh iya lupa! Otong ambil dulu ya Kek.” Jawabnya sambil tertawa kecil. Otong pun mengambil tongkat kakeknya. Keduanya berjalan menuju sekolah. Otong menuntun kakeknya dengan penuh hati-hati. Hal ini sudah biasa di lakukannya. Setiap hari senin Otong selalu mengajak Kakek untuk menikmati khidmatnya upacara bendera. Kakek begitu terharu sekaligus bangga mendengarkan lagu kebangsaan Indonesia dinyanyikan. Walaupun Kakek sudah tidak bisa melihat merahnya dan putihnya bendera Indonesia. Tetapi kakek masih bisa merasakan kenikmatan mencium bendera. Dan sesekali ketika upacara berlangsung kakek selalu teringat betapa senangnya ketika Soekarno memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia. ya hanya dengan seperti inilah Kakek bisa terus merasakan indahnya mencintai Indonesia. Ada kepuasan tersendiri di dalam hati ketika ikut menikmati upacara. Tidak lama lagi hari kemerdekaan Indonesia akan datang. Otong begitu antusias untuk mengikuti berbagai perlombaan nantinya. Dan seperti biasa bendera merah putih akan segera terpasang di depan rumah-rumah. Siang ini otong sedang membantu kakek mengangkat bambu untuk diletakkan di rumah. Cucuran keringat menempel di seluruh tubuh otong. sepertinya otong benar-benar lelah.
“otong, kamu istirahat saja. Kakek bisa melakukannya sendiri.” seru kakek.
“tidak apa-apa kek, Otong senang bisa membantu Kakek.” Ucapnya tanpa memperlihatkan rasa lelah. Otong meletakkan bambu dengan perlahan. Kakek pun demikian. Otong membantu memapah Kakeknya untuk duduk istirahat.
“sebentar yah kek, Otong ambilkan minum dulu.” Ucapnya manis seraya pergi mengambil minum.
“ini kek minumnya.” ucapnya sambil duduk di sebelah Kakek. Kakek pun meminumnya dengan perlahan.
“Otong kamu ingat tidak? seminggu lagi hari kemerdekaan akan datang.” Ucap kakek sambil mengelap bambu.
“iyah kek, otong ingat. waahh otong sudah tidak sabar kek.” Otong terlihat antusias menyambut hari kemerdekaan.
“nah bambu ini untuk memasang bendera di depan rumah.” ucap kakek tersenyum sambil terus mengelap bambu.
“kenapa sih kek kita harus memasang bendera segala tiap ada hari kemerdekaan?” tanya Otong dengan logat anaknya
“cucu Kakek sayang, bendera itu merupakan identitas bangsa. Didalamnya tersimpan makna bagaimana perjuangan para pejuang memerdekaan bangsa Indonesia. untuk mengenang jasa para pejuang setidaknya hal kecil seperti memasang bendera di depan rumah pada saat hari kemerdekaan perlu di lakukan.”  Jelasnya dengan penuh lembut kepada Otong.
“oh jadi untuk mengingat perjuagan para pejuang seperti Kakek yah kek.” Ucapnya penuh semangat sambil tersenyum melihat kekeknya.
“iyah sayang.” Kakek pun merangkul otong. Otong memeluk kakeknya dengan penuh rasa bangga mempunyai Kakek yang dulunya adalah pejuang bangsa Indonesia. Malamnya otong mengambil bendera di lemari kardusnya. Otong mengambil dengan penuh hati-hati. Otong menciumnya dengan lembut. Bendera merah putih akan segera terpasang di depan rumahnya nanti. Senyum manisnya terpancar kala itu. Rasanya sudah tidak sabar untuk menyambut hari kemerdekaan. Terbayang di benak Otong dengan segala kemeriahannya nanti. Namun kali ini Otong melihat benderanya dengan wajah muram. Bendera itu sudah terlihat usang. Maklum kakeknya tidak mampu membeli bendera. itu saja bendera di beri teman kakek. Entah bendera itu sudah berapa tahun. Otong mengambil kantong kresek hitam. Kemudian membungkus benderanya. Setelah itu otong menaruhnya di meja belakang. Karena nanti besoknya akan ia cuci benderanya. Otong segera menghampiri kakeknya yang sudah tertidur. Otong membaringkan diri untuk tertidur.
Pagi ini adalah hari minggu. Otong bisa membantu lebih banyak pekerjaan kakeknya. Kini Otong baru saja membeli sarapan. Otong menghampiri kakek yang sedang membakar sampah di belakang rumah. “kek, sarapannya sudah di beli. Kita makan yuk kek.” Ajaknya sambil menggandeng Kakek untuk segera sarapan. Otong dan Kakek duduk di atas tikar. Kemudian Otong membantu Kakeknya memegang nasi bungkus dan sendoknya. Mereka berdua makan dengan lahap setelah sebelumnya membaca doa. Selesai makan Otong membuang bungkus nasi di halaman belakang bersama sampah yang di telah di bakar Kakeknya. Tiba-tiba Otong teringat sesuatu. Otong lupa hari ini akan mencuci bendera. Otong menuju meja yang berada di belakang. Tempat dimana semalam ia meletakkan bendera. Otong melihat di atas meja tidak ada bungkus kresek yang terdapat bendera. “mana bungkusannya?” ucapnya sambil mencari-cari.
“kek, lihat tidak bungkusan yang ada di atas meja itu.” Ucap otong sambil menunjuk meja.
“oh, sampah yang di situ sudah di bakar.“ ucap Kakek santai.
“Astaghfirullah.” Ucap otong dengan lirih sekaligus lemas. Otong tidak menyangka benderanya sudah hangus bersama sampah. Otong benar-benar tidak tahu harus berkata apa kepada Kakeknya. Otong tidak mungkin menyalahkan Kakeknya yang sudah tidak sengaja membakar bendera. Otong merasa amat bersalah. Otong berusaha menyembunyikan kesalahannya. Otong tidak akan menyakiti hati Kakeknya. Otong terlalu ceroboh meletakkan kresek hitam yang berisi bendera di atas meja. Otong berfikir keras bagaimana caranya agar bendera sudah ada ,ketika kakek akan memasangnya di depan rumah. Kali ini ide muncul di benaknya dalam seminggu ini ia akan bekerja untuk mendapatkan uang kemudian membeli bendera. Dengan sembunyi-sembunyi Otong pergi dengan alasan akan mengerjakan tugas di rumah teman. Semoga semuanya akan baik-baik saja ya allah. Batinnya terus berucap demikian dalam perjalanan. Di tengah perjalanan Otong melihat sekeliling. Berfikir pekerjaan apakah yang bisa ia lakukan untuk anak kecil sepertinya. Otongpun duduk di depan sebuah toko. Tiba-tiba hujan datang begitu saja. Orang-orang ramai berusaha melindungi dirinya dari hujan. Ada juga yang hanya berdiri menunggu hujan berhenti. Benaknya muncul untuk bekerja menjadi ojek payung. Otong meminjam payung ke sebuah toko. Akhirnya dengan penuh semangat Otong membantu orang yang ingin di payunginya. Setelah hujan berhenti. Otong menghitung uangnya. Hanya terkumpul 10 ribu. Masih belum cukup untuk membeli sebuah bendera. Ini Otong lakukan hanya untuk Indonesia. ya. Hanya untuk pejuang Indonesia yaitu kakeknya. Hari berikutnya Otong menjadi tukang cuci piring di sebuah warteg. Sebelumnya pemilik warteg melarangnya untuk bekerja. Karena alasan Otong masih kecil. Namun otong memaksa. 1 hari di beri upah hanya 15 ribu. Hari kedua otong memecahkan 5 piring. Karena Otong terlalu terburu-buru. Otong malah tidak boleh bekerja di tempat itu lagi. Dan dia tidak di beri upah. Upahnya untuk mengganti piring yang ia pecahkan. Sungguh malang nasib otong. di perjalanan pulang yang hanya mempunyai uang 25 ribu saja. Otong melihat-lihat bendera yang di jual di pinggir jalan. Harganya sekitar 50 ribu. Otong belum bisa membeli bendera. Otong beralih. Otong terus berjalan pulang. Otong melihat 3 orang anak sedang berdiri di depan warung makan. 3 orang anak itu masing-masing memegangi perutnya. Mereka melihat masakan yang di sajikan di warung makan itu. “ya Allah inikah indonesia? masih ada orang kelaparan seperti mereka?” batinya berucap sambil mengelus dada. Melihat pemandangan ini. Otong mendekati ketiga bocah itu yang sepertinya seumuran dengannya. Dengan hati yang ikhlas Otong menuntun ketiga bocah untuk memasuki warung makan itu. Otong mengajak ketiganya makan. Kemudian Otong membayarnya. Dengan seperti ini Otong merasa hatinya seakan lega bisa membantu sesama. Uangnya sudah tidak ada lagi. Tetapi Otong melakukan ini dengan ikhlas. Hari berikutnya Otong bekerja lebih giat. Demi untuk membeli sebuah bendera. ia rela bekerja apapun. Walau masih kecil Otong melakukannya karena dia mencintai Indonesia. . Hubbul wathan minal iman (Cinta tanah air itu bagian dari iman). Hari ini Otong bekerja menjadi kuli panggul di sebuah pasar. Walau masih kecil otong akan berusaha sekuat tenaga yang ia mampu. Otong membantu membawa barang belanjaan orang sekitar pasar. Keringat menempel di seluruh tubuhnya. Nafasnya cepat. Beberapa kali ia menyeka keringatnya.
“ini untuk kamu nak.” ucap seorang bapak sambil mengulurkan uang 100 ribu
“aduh pak, banyak sekali .nggak ada kembaliannya pak.” Jawab Otong polos
“tidak usah itu untuk kamu saja.”
“wah jangan pak. Upah tukang panggul bukan 100 ribu. 5 ribu saja cukup pak.” Begitu jujurnya Otong. Otong tidak ingin menerima uang yang bukan haknya. Bapak itupun terenyuh mendengar jawaban Otong. Bapak itu menggandeng otong untuk sebentar duduk. Bapak itu menanyakan kepada Otong. Anak sekecil otong sudah bekerja seperti ini. Otong pun menjawab beberapa pertanyaan bapak itu yang ternyata bernama sudirman. Otong menjelaskan bahwa ia mencari uang untuk membeli sebuah bendera. Ternyata tidak di sangka bapak sudirman adalah seorang pengusaha bendera. Allah begitu merencanakan semua kebetulan ini. Otong di beri bendera oleh pak sudirman. Dan lebih bahagianya lagi pak sudirman memperkenalkan kakek otong kepada dunia dengan membawa wartawan ke rumah Otong. Hari kemerdekaan datang Otong dan kakeknya menyambut dengan penuh kebahagiaan. Mencintai bangsa Indonesia membawa berkah yang amat membahagiakan untuk otong dan kakeknya. Semoga bangsa Indonesia tidak kehilangan makna kemerdekaannya. Lukislah sebentuk bendera kecil. kita letakkan ke dalam dada. Bersungguh-sungguh akan menjadi seseorang yang lebih baik. Mengukir prestasi yang lebih tinggi lagi. Sebisa kita, apapun itu demi bangsa Indonesia tercinta.

Tidak ada komentar: