HANYA
UNTUK INDONESIAKU
-Ilaina Yadil Yumna Putri Zahra El- Habibah-
“terus
gimana Kek, temen Kakek itu yang sudah tertembak?” tanya Otong merasa penasaran
dengan kelanjutan ceritanya. “Otong
cucuku,yang kakek
sayangi. Sudah
larut malam. lanjutkan nanti saja ya. Sekarang Otong harus tidur.” Jawab Kakek
dengan penuh rasa sayang kepada cucu kecilnya. Otongpun membaringkan tubuh
kecilnya begitupun kakek.
di ranjang yang tidak terdapat kasurnya. Hanya ada sebuah tikar dan bantal. Keduanya
tertidur pulas di tempat tidur sederhana itu. kakeknya sering menceritakan perjuangan
dahulu melawan para penjajah. Namun perjuangannya hingga sampai memerdekakan
bangsa Indonesia tidak pernah di perhatikan oleh pemerintah. Pemerintah
melupakan pejuang seperti Kakek. Hanya dengan keterampilan tangannya membuat
topi petani. Kakek bisa menghidupi Otong. Kakek yang tidak bisa melihat masih
bersemangat untuk menghidupi Otong. Otong
di sekolah begitu pandai. Hingga dia mendapatkan beasiswa. Kakeknya tidak perlu
susah memikirkan biaya sekolah Otong. beruntunglah Kakek memiliki cucu pandai
seperti Otong.
Sang
surya mulai menampakkan sinarnya di pagi ini. Otong yang sudah memakai seragam
sekolah merah putih sudah tidak sabar mengikuti upacara hari senin di
sekolahnya. Kakek sudah berdiri di depan rumah menunggu Otong. Otong segera
mengambil topi kemudian dipakainya. Senyuman manis di perlihatkan kepada kakek
yang sudah menunggunya sedari tadi.
“ayo
Kek! Kita berangkat.” Ucapnya seraya menghampiri Kakeknya.
“iyah
tong. Mana tongkat Kakek?” tanya Kakek
“oh
iya lupa! Otong ambil dulu ya Kek.” Jawabnya sambil tertawa kecil. Otong pun mengambil tongkat kakeknya.
Keduanya berjalan menuju sekolah. Otong menuntun kakeknya dengan penuh
hati-hati. Hal ini sudah biasa di lakukannya. Setiap hari senin Otong selalu
mengajak Kakek untuk menikmati khidmatnya upacara bendera. Kakek begitu terharu
sekaligus bangga mendengarkan lagu kebangsaan Indonesia dinyanyikan. Walaupun Kakek
sudah tidak bisa melihat merahnya dan putihnya bendera Indonesia. Tetapi kakek
masih bisa merasakan kenikmatan mencium bendera. Dan sesekali ketika upacara
berlangsung kakek selalu teringat betapa senangnya ketika Soekarno memproklamasikan
kemerdekaan bangsa Indonesia. ya hanya dengan seperti inilah Kakek bisa terus
merasakan indahnya mencintai Indonesia. Ada kepuasan tersendiri di dalam hati ketika ikut menikmati
upacara. Tidak lama lagi hari kemerdekaan Indonesia
akan datang. Otong begitu antusias untuk mengikuti berbagai perlombaan
nantinya. Dan seperti biasa bendera merah putih akan segera terpasang di depan
rumah-rumah. Siang ini otong sedang membantu kakek mengangkat bambu untuk
diletakkan di rumah. Cucuran keringat menempel di seluruh tubuh otong.
sepertinya otong benar-benar lelah.
“otong, kamu istirahat saja. Kakek
bisa melakukannya sendiri.” seru kakek.
“tidak apa-apa kek, Otong senang
bisa membantu Kakek.” Ucapnya tanpa memperlihatkan rasa lelah. Otong meletakkan
bambu dengan perlahan. Kakek pun demikian. Otong membantu memapah Kakeknya
untuk duduk istirahat.
“sebentar yah kek, Otong ambilkan
minum dulu.” Ucapnya manis seraya pergi mengambil minum.
“ini kek minumnya.” ucapnya sambil
duduk di sebelah Kakek. Kakek pun meminumnya dengan perlahan.
“Otong kamu ingat tidak? seminggu
lagi hari kemerdekaan akan datang.” Ucap kakek sambil mengelap bambu.
“iyah kek, otong ingat. waahh otong
sudah tidak sabar kek.” Otong terlihat antusias menyambut hari kemerdekaan.
“nah bambu ini untuk memasang
bendera di depan rumah.” ucap kakek tersenyum sambil terus mengelap bambu.
“kenapa sih kek kita harus memasang
bendera segala tiap ada hari kemerdekaan?” tanya Otong dengan logat anaknya
“cucu Kakek sayang, bendera itu
merupakan identitas bangsa. Didalamnya tersimpan makna bagaimana perjuangan
para pejuang memerdekaan bangsa Indonesia. untuk mengenang jasa para pejuang
setidaknya hal kecil seperti memasang bendera di depan rumah pada saat hari
kemerdekaan perlu di lakukan.” Jelasnya
dengan penuh lembut kepada Otong.
“oh jadi untuk mengingat perjuagan
para pejuang seperti Kakek yah kek.” Ucapnya penuh semangat sambil tersenyum
melihat kekeknya.
“iyah sayang.” Kakek pun merangkul
otong. Otong memeluk kakeknya dengan penuh rasa bangga mempunyai Kakek yang
dulunya adalah pejuang bangsa Indonesia. Malamnya otong mengambil bendera di lemari kardusnya. Otong
mengambil dengan penuh hati-hati. Otong menciumnya dengan lembut. Bendera merah
putih akan segera terpasang di depan rumahnya nanti. Senyum manisnya terpancar
kala itu. Rasanya sudah tidak sabar untuk menyambut hari kemerdekaan. Terbayang
di benak Otong dengan segala kemeriahannya nanti. Namun kali ini Otong melihat
benderanya dengan wajah muram. Bendera itu sudah terlihat usang. Maklum
kakeknya tidak mampu membeli bendera. itu saja bendera di beri teman kakek.
Entah bendera itu sudah berapa tahun. Otong mengambil kantong kresek hitam.
Kemudian membungkus benderanya. Setelah itu otong menaruhnya di meja belakang.
Karena nanti besoknya akan ia cuci benderanya. Otong segera menghampiri
kakeknya yang sudah tertidur. Otong membaringkan diri untuk tertidur.
Pagi ini adalah hari minggu. Otong
bisa membantu lebih banyak pekerjaan kakeknya. Kini Otong baru saja membeli
sarapan. Otong menghampiri kakek yang sedang membakar sampah di belakang rumah. “kek, sarapannya sudah di beli. Kita
makan yuk kek.” Ajaknya sambil menggandeng Kakek untuk segera sarapan. Otong dan Kakek duduk di atas tikar.
Kemudian Otong membantu Kakeknya memegang nasi bungkus dan sendoknya. Mereka
berdua makan dengan lahap setelah sebelumnya membaca doa. Selesai makan Otong
membuang bungkus nasi di halaman belakang bersama sampah yang di telah di bakar
Kakeknya. Tiba-tiba Otong teringat sesuatu. Otong lupa hari ini akan mencuci
bendera. Otong menuju meja yang berada di belakang. Tempat dimana semalam ia
meletakkan bendera. Otong melihat di atas meja tidak ada bungkus kresek yang
terdapat bendera. “mana bungkusannya?” ucapnya sambil mencari-cari.
“kek, lihat tidak bungkusan yang ada
di atas meja itu.” Ucap otong sambil menunjuk meja.
“oh, sampah yang di situ sudah di
bakar.“ ucap Kakek santai.
“Astaghfirullah.” Ucap otong dengan
lirih sekaligus lemas. Otong
tidak menyangka benderanya sudah hangus bersama sampah. Otong benar-benar tidak
tahu harus berkata apa kepada Kakeknya. Otong tidak mungkin menyalahkan Kakeknya
yang sudah tidak sengaja membakar bendera. Otong merasa amat bersalah. Otong
berusaha menyembunyikan kesalahannya. Otong tidak akan menyakiti hati Kakeknya.
Otong terlalu ceroboh meletakkan kresek hitam yang berisi bendera di atas meja.
Otong berfikir keras bagaimana caranya agar bendera sudah ada ,ketika kakek akan
memasangnya di depan rumah. Kali ini ide muncul di benaknya dalam seminggu ini
ia akan bekerja untuk mendapatkan uang kemudian membeli bendera. Dengan
sembunyi-sembunyi Otong pergi dengan alasan akan mengerjakan tugas di rumah
teman. Semoga semuanya akan baik-baik saja ya allah. Batinnya terus berucap
demikian dalam perjalanan. Di tengah perjalanan Otong melihat sekeliling.
Berfikir pekerjaan apakah yang bisa ia lakukan untuk anak kecil sepertinya.
Otongpun duduk di depan sebuah toko. Tiba-tiba hujan datang begitu saja.
Orang-orang ramai berusaha melindungi dirinya dari hujan. Ada juga yang hanya
berdiri menunggu hujan berhenti. Benaknya muncul untuk bekerja menjadi ojek
payung. Otong meminjam payung ke sebuah toko. Akhirnya dengan penuh semangat Otong
membantu orang yang ingin di payunginya. Setelah hujan berhenti. Otong
menghitung uangnya. Hanya terkumpul 10 ribu. Masih belum cukup untuk membeli sebuah
bendera. Ini Otong lakukan hanya untuk Indonesia. ya. Hanya untuk pejuang
Indonesia yaitu kakeknya. Hari berikutnya Otong menjadi tukang cuci piring di
sebuah warteg. Sebelumnya pemilik warteg melarangnya untuk bekerja. Karena
alasan Otong masih kecil. Namun otong memaksa. 1 hari di beri upah hanya 15
ribu. Hari kedua otong memecahkan 5 piring. Karena Otong terlalu terburu-buru.
Otong malah tidak boleh bekerja di tempat itu lagi. Dan dia tidak di beri upah.
Upahnya untuk mengganti piring yang ia pecahkan. Sungguh malang nasib otong. di
perjalanan pulang yang hanya mempunyai uang 25 ribu saja. Otong melihat-lihat
bendera yang di jual di pinggir jalan. Harganya sekitar 50 ribu. Otong belum
bisa membeli bendera. Otong beralih. Otong terus berjalan pulang. Otong melihat
3 orang anak sedang berdiri di depan warung makan. 3 orang anak itu
masing-masing memegangi perutnya. Mereka melihat masakan yang di sajikan di
warung makan itu. “ya Allah inikah indonesia? masih ada orang kelaparan seperti
mereka?” batinya berucap sambil mengelus dada. Melihat pemandangan ini. Otong
mendekati ketiga bocah itu yang sepertinya seumuran dengannya. Dengan hati yang
ikhlas Otong menuntun ketiga bocah untuk memasuki warung makan itu. Otong mengajak
ketiganya makan. Kemudian Otong membayarnya. Dengan seperti ini Otong merasa
hatinya seakan lega bisa membantu sesama. Uangnya sudah tidak ada lagi. Tetapi
Otong melakukan ini dengan ikhlas. Hari berikutnya Otong bekerja lebih giat.
Demi untuk membeli sebuah bendera. ia rela bekerja apapun. Walau masih kecil Otong
melakukannya karena dia mencintai Indonesia. . Hubbul wathan minal iman (Cinta tanah
air itu bagian dari iman).
Hari ini Otong bekerja menjadi kuli panggul di sebuah pasar. Walau masih kecil
otong akan berusaha sekuat tenaga yang ia mampu. Otong membantu membawa barang
belanjaan orang sekitar pasar. Keringat menempel di seluruh tubuhnya. Nafasnya
cepat. Beberapa kali ia menyeka keringatnya.
“ini untuk kamu nak.” ucap seorang
bapak sambil mengulurkan uang 100 ribu
“aduh pak, banyak sekali .nggak ada
kembaliannya pak.” Jawab Otong polos
“tidak usah itu untuk kamu saja.”
“wah jangan pak. Upah tukang panggul
bukan 100 ribu. 5 ribu saja cukup pak.” Begitu jujurnya Otong. Otong tidak ingin menerima uang yang
bukan haknya. Bapak itupun terenyuh mendengar jawaban Otong. Bapak itu
menggandeng otong untuk sebentar duduk. Bapak itu menanyakan kepada Otong. Anak
sekecil otong sudah bekerja seperti ini. Otong pun menjawab beberapa pertanyaan
bapak itu yang ternyata bernama sudirman. Otong menjelaskan bahwa ia mencari
uang untuk membeli sebuah bendera. Ternyata tidak di sangka bapak sudirman
adalah seorang pengusaha bendera. Allah begitu merencanakan semua kebetulan
ini. Otong di beri bendera oleh pak sudirman. Dan lebih bahagianya lagi pak
sudirman memperkenalkan kakek otong kepada dunia dengan membawa wartawan ke
rumah Otong. Hari kemerdekaan datang Otong dan kakeknya menyambut dengan penuh kebahagiaan.
Mencintai bangsa Indonesia membawa berkah yang amat membahagiakan untuk otong
dan kakeknya. Semoga bangsa Indonesia tidak
kehilangan makna kemerdekaannya. Lukislah sebentuk bendera kecil. kita letakkan
ke dalam dada. Bersungguh-sungguh akan menjadi seseorang yang lebih baik.
Mengukir prestasi yang lebih tinggi lagi. Sebisa kita, apapun itu demi bangsa
Indonesia tercinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar